Sepertinya hampir seluruh rakyat di Indonesia tidak mungkin tak kenal Mario Teguh, seorang motivator kondang yang rajin berseliweran di televisi. Setiap akhir pekan, belasan ribu pasang mata seakan tersihir menganggukan kepalanya tatkala menonton siaran beliau melalui layar kaca. Saking tingginya permintaan terhadap Mario Teguh, program tv nya mendapat jatah re-run pada minggu siang.
Banyak orang mengaku mendapatkan pencerahan serta jalan keluar atas problem mereka setelah menerima motivasi dari beliau. Kehadiran Mario Teguh selalu dinantikan masyarakat bagaikan orang suci yang dikultuskan. Rasanya sulit membayangkan seorang dewasa seperti beliau bisa melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya. Mario sang pemberi kekuatan laksana malaikat tanpa sayap, dikirim oleh Tuhan untuk menolong umat manusia.
Khayalak ramai mulai memperhitungkan nama Mario Teguh ketika ia menjadi presenter utama acara Golden Ways. Berhubung profesi motivator itu sendiri masih termasuk kategori baru bagi kita, maka publik begitu penasaran dengan sepak terjang mereka. Pak Mario cukup konsisten mengampanyekan pola pikir positif di mana tema tersebut selalu menjadi inti pembahasan acaranya.
Sekitar 5 sampai 6 tahun lalu, kita jarang sekali atau bahkan belum pernah mengenal istilah toxic positivity. Siapa sih bakalan menyangka, bahwa ternyata ada sisi buruk dari sebuah pemikiran positif? Sudah sewajarnya berpikir tentang segala hal baik pastilah memberikan efek bagus pula ke hidup kita. Benarkah demikian seperti kata-kata motivasi merry riana?
Semakin Tinggi Pohon, Makin Besar Pula Angin Bertiup Kata Mario Teguh
Setelah sukses meraih simpati warganet dan menjadi public figure, Mario Teguh memiliki sekitar lebih dari 3 juta pengikut pada akun instagram. Secara rutin dan berkala, ia membagikan quotes berupa kata mutiara, lengkap dengan foto close up beliau yang melemparkan senyum lebar. Kariernya meroket, tawaran seminar menghampirinya dari berbagai penjuru negeri.
Sebut saja misalnya seperti kampus terkenal, institusi pemerintahan, sampai event korporat perusahaan multinasional. Jalan-jalan keliling dunia menjadi rutinitas serta hobi baru bagi Mario. Nampaknya ia sendiri lupa akan kutipan nasehatnya sendiri, bahwa semakin tinggi pohon akan makin besar pula angin meniupnya. Ya, cukup satu tiupan angin kencang, semua pencapaian beliau tersapu bersih dalam sekejap.
September 2016 mungkin adalah bulan tak terlupakan sepanjang hidup Mario Teguh, karena di sanalah semua tragedi bermula. Acara berjudul Hitam Putih yang ditenggarai oleh Deddy Corbuzier, tiba-tiba mendatangkan narasumber dari kalangan bukan artis alias orang biasa. Pemuda itu kecil kurus, tampak ringkih dan rapuh dari perawakannya sembari mengenakan kacamata.
Namanya Kiswinar, dan ia mengaku sebagai anak kandung sang malaikat Mario Teguh. Berdasarkan pengakuannya, ia mengisahkan bahwa sang ayahanda tercinta telah membuangnya semenjak masih kanak-kanak. Ia bersaksi bahwa ia telah sejak lama menolak untuk mengakuinya sebagai anak biologis beliau. Supaya makin meyakinkan, Kiswinar juga membawa sejumlah berkas resmi sebagai barang bukti dari kesaksiannya.
Sang Malaikat Hendak Kembali Ke Surga
Waktu itu publik benar-benar terkejut dan dengan segera berita seputar anak Mario teguh menjadi headline di berbagai surat kabar ternama. Pak Mario jelas sangat terganggu dan merasa dirugikan akibat insiden yang mencoreng reputasinya.
Dua hari kemudian, beliau terlihat panik dan merasa bahwa ia perlu sesegera mungkin membuat klarifikasi atas tuduhan Kiswinar. Maka muncullah ia dalam sebuah wawancara eksklusif di stasiun tv Kompas, fokus hanya membahas sanggahan dan pernyataan balik dari Mario. Ia bahkan menantang dengan hardikan keras kepada Kiswinar untuk menyelenggarakan tes DNA sebagai bukti sah atas klaimnya.
Akhir kisah, setelah berjilid-jilid drama saling lempar tuduhan antara kedua pihak, Mario Teguh akhirnya menerima kekalahannya. Belum sempat terbukti tes DNA, ia sudah lebih dulu menyerah dan mengakui bahwa Kiswinar memang anak kandung Mario Teguh. Tantangan pembuktian hasil DNA keluar dari mulutnya sendiri, justru menjadi bumerang baginya.
Kurang dari sebulan, tingkat kepercayaan masyarakat menurun di bawah 50 persen terhadapnya. Semua program tv yang telah memberikan ladang penghasilan terbesarnya pun kini dihentikan total secara mendadak. Ia bahkan harus ikhlas menerima fakta bahwa sebagian besar seminarnya batal digelar. Hancur-hancuran, Mario Teguh pun menghilang dari permukaan dan rakyat Indonesia melupakan sosoknya. Mungkin beliau telah kembali ke surga, sebab tugasnya di bumi sebagai malaikat sudah tidak mungkin berlanjut.